Category: Global Warming


Headline

                                                                                                         Foto : ilustrasi

Durban – Pemanasan global yang semakin parah terjadi saat ini, ternyata masih menyimpan keraguan dari beberapa pihak. Padahal hal tersebut sudah sangat mendesak.

“Para pemimpin yang menunggu lama untuk melihat bukti lebih kongkrit mengenai efek buruk gas rumah kaca sebenarnya seperti orang yang sedang berkhayal,” ujar seorang kepala ilmuwan PBB pemenang nobel. Baca lebih lanjut

Penurunan CO2 Dorong Peristiwa Iklim Terbesar Bumi
Headline

UPI

West Lafayette – Penurunan karbon dioksida (CO2) menjadi tenaga pendorong salah satu peristiwa iklim terbesar dalam sejarah Bumi. Apa itu?

Menurut ilmuwan di universitas di Purdue dan Yale, penurunan CO2 ini akan menjadi tenaga pendorong pemebentukan lembaran es Antartika. Menurut hasil studi mereka, peran gas rumah kaca di Antartika menunjukkan betapa pentingnya CO2 di perubahan iklim dulu. Baca lebih lanjut

Headline

 Kathmandu – Mencairnya gleiser di wilayah Himalaya mengancam jutaan warga dunia, karena mampu menyebabkan banjir besar. Baca lebih lanjut

Headline

                                                                                                                                            Foto: Getty Images

New York – Suhu dunia mencapai titik tertinggi dalam sejarah tahun ini. Lebih parah lagi, La Nina yang seharusnya mendinginkan atmosfer Bumi tak berhasil melakukan tugasnya. Baca lebih lanjut

Headline

upi.com

, Jenewa – Gas rumah kaca yang ada di atmoster mencapai titik tertinggi dalam rekor. Lebih parah lagi, badan cuaca PBB berbasis Swiss mengungkap, tingkat peningkatan ini makin cepat.

Greenhouse Gas Bulltein di World Meteorological Organization (WMO) mengatakan, ada peningkatan sebesar 29% dalam tenaga radiatif, efek memanas di sistem iklim, akibat gas rumah kaca antara 1990-2010. Untuk karbon dioksida, terjadi peningkatan 80%. Baca lebih lanjut

Headline

                                                                        straitstimes.com

 

 Washington – Gas rumah kaca terus membumbung tinggi, belum tanda pemanasan global akan mereda, demikian sebuah penelitian terbaru.

Seperti dikutip ST, gas rumah kaca yang terperangkap di dalam atmosfir kini semakin menumpuk. Para ilmuwan memperkirakan dunia sudah tak sanggup lagi memberi batasan internasional untuk pemanasan global.

Bukti baru dari PBB telah menunjukkan bahwa gas rumah kaca tidak hanya melampaui batas pada tahun lalu. Tahun ini pertumbuhannya juga semakin cepat, meski beberapa negara sudah berusaha mengurangi emisi tersebut. Baca lebih lanjut

Kompas /Salah satu pulau di gugusan Kepulauan Seribu, Jakarta Utara.

KOMPAS.com – Negara kepulauan terancam musnah akibat pemanasan global karena efek gas rumah kaca. Demikian Ketua Dewan Nasional Perubahan Iklim Rachmat Witoelar menegaskan ancaman yang harus diwaspadai bersama.

“Negara-negara kepulauan akan celaka total, atau habis jika emisi gas karbondioksida atau gas rumah kaca tidak dikendalikan dalam waktu yang lebih cepat,” katanya usai mengikuti konferensi ke-10 ‘Asia Pacific Roundtable for Sustainable Consumption and Production (APRSCP)’ di Yogyakarta, Kamis.

Ia mengatakan perubahan iklim yang berlangsung cepat mengancam keberadaan negara-negara kepulauan kecil yang tergabung dalam Alliance of Small Island States (AOSIS). “Maladewa yang hanya memiliki sekitar 200 pulau, jika perubahan iklim akibat emisi gas rumah kaca berlangsung cepat, maka negara itu akan celaka,” katanya.

Menurut dia, emisi gas rumah kaca yang berlangsung cepat menimbulkan kerusakan di bumi. Ia mengatakan negara-negara maju merupakan penyumbang terbesar emisi gas rumah kaca, karena mereka fokus pada pembangunan industri secara besar-besaran, tanpa memperhatikan keberadaan negara-negara berkembang.

“Industri mobil, dan pesawat terbang negara-negara maju menyebabkan gas emisi rumah kaca sangat banyak, sehingga mereka harus bertanggung jawab memikirkan kondisi negara kepulauan yang semakin kritis. Jika tidak dipikirkan secara bersama-sama, maka dunia akan semakin terpuruk akibat perubahan iklim,” katanya.

Ia mengatakan negara-negara maju dalam berbagai kesempatan di berbagai forum internasional cenderung mementingkan perkembangan industrinya. “Mereka masih enggan mengurangi emisi gas rumah kaca yang dihasilkan industri,” katanya.

Menurut dia, negara-negara maju belum berkomitmen menurunkan emisi gas rumah kaca sesuai ketentuan Protokol Kyoto atau Konvensi Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC), yakni sebuah persetujuan internasional mengenai pemanasan global. Sesuai konvensi tersebut seluruh negara diharapkan mampu mengurangi emisi rumah kaca sebanyak 25 hingga 40 persen.

Ia mengatakan negara-negara maju yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang baik hendaknya lebih memikirkan dampak dari emisi gas rumah kaca. “Negara-negara maju hendaknya melakukan hal-hal yang lebih besar untuk mengurangi pemanasan global,” katanya.

Headline
Ilustrasi
INILAH.COM, Washington – Berdasarkan penelitian terbaru, para ilmuwan menyatakan bahwa lonjakan terbesar pemanasan global terjadi pada 2010!

Baca lebih lanjut

Headline

upi.com

INILAH.COM, London – Banyak spesies hewan yang mengalami penyusutan ukuran fisik. Efek ini merupakan akibat pemanasan global yang kian parah. Kini ilmuwan berhasil mengetahui penyebabnya.

Spesies berdarah dingin telah lama bereaksi pada fenomena yang dikenal sebagai ‘aturan ukuran suhu’ di mana tiap individu satu spesies akan mencapai ukuran dewasa yang lebih kecil ketika suhu diperbesar. Baca lebih lanjut

Headline

savedit.at

INILAH.COM, Athena – Kondisi laut dunia kembali mendapat ancaman baru. Seperti di Teluk Meksiko, limpasan pertanian serta karbon dioksida atmosfer menjadi ancaman menakutkan. Baca lebih lanjut